Opini  

Mengukir Kenangan, Mengukir Luka Bagi Alam

Vandalisme Merusak Alam

NewsPendidikan – Jika di jabarkan, maksud dari judul pada artikel ini adalah tidak hanya manusia yang dapat tersakiti oleh kenangan. Tetapi alam juga. Mengapa demikian? Hal tersebut berkaitan dengan perilaku vandalisme yang banyak di temui di alam terbuka khususnya gunung.

Pengertian Vandalisme

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Vandalisme adalah perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan alam dan sebagainya) atau perusakan dan penghancuran secara kasar dan ganas.

Seperti yang kita ketahui, alam di ciptakan untuk dijaga dan di lestarikan keindahannya. Sebab jika pencemaran dan kerusakan terjadi yang menerima imbas adalah manusia itu sendiri yang menjadi penghuni alam semesta. Namun sayangnya, lagi-lagi kita harus berbicara mengenai kesadaran yang masih minim dalam diri sebagaian masyarakat mengenai pentingnya menjaga dan melestarikan keindahan alam. Sehingga hal-hal seperti vandalisme tadi muncul. Banyak kasus vandalisme yang telah terjadi di negeri ini.

Sebab terjadinya vandalisme

Kasus vandalisme pertama yang akan dibahas adalah yang terjadi di puncak gunung kerinci pada tahun 2018. Menurut sumber yang di kutip dari situs m.detik.com, pelaku diketahui masih berstatus mahasiswa dan mendaki bersama 7 temannya. Mereka di katakan masih baru sebagai pendaki dan belum mengetahui aturan sebagai pecinta alam.

Menurut  penulis yang juga pernah melakukan pendakian pada sebuah gunung yang ada di Sumatera Utara, selain karena minimnya kesadaran mengenai menjaga dan melestarikan keindahan alam khususnya di gunung, vandalisme terjadi karena faktor ikut-ikutan. Tentu saja Vandalisme ini merupakan sikap buruk yang dapat merusak alam. Adapun faktor ikut-ikutan yang penulis maksud adalah karena banyaknya coretan-coretan di tubuh alam entah itu berupa ukiran nama yang di sandingkan dengan nama teman, pacar, dan lain sebagainya. Hal tersebut memancing keinginan para pendaki lain untuk melakukan hal yang sama. Karena, semakin suatu hal banyak di lakukan oleh orang-orang semakin hal tersebut terkesan biasa saja. Padahal, kegiatan mencoret-coret tubuh alam merupakan perbuatan yang tidak di benarkan.

Faktor ikut-ikutan ini juga memiliki kaitan dengan faktor trend di kalangan masyarakat. Terlebih pada era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini yang memungkinkan sebagaian besar masyarakat Indonesia menjadi pengguna akun media sosial. Hal-hal yang banyak di lakukan oleh warganet dan diunggah ke media sosial menjadi tolak ukur sebagai sesuatu yang sedang trend. Maka, kemungkinan vandalisme dapat terjadi karena faktor trend tadi.

Baca Juga: Presidensi G20 Serahkan Tongkat Estafet kepada PM India

Untuk memutus rantai faktor ikut-ikutan dan faktor trend tersebut perlu di tanamkan dalam pemikiran masing-masing bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak bermanfaat dan hanya bersifat merusak. Apakah hal yang tidak bermanfaat dan hanya bersifat merusak merupakan sesuatu trend yang keren di lakukan? Tentu saja tidak.

Faktor lainnya yang tidak bisa di pungkiri yaitu tidak adanya rasanya kepedulian dan pertimbangan yang matang seperti misalnya coretan-coretan tersebut akan bertambah semakin banyak dan mengurangi keindahan alam tanpa ada yang membersihkan terkecuali orang-orang yang memiliki kesadaran dalam diri masing-masing dan tentunya memiliki rasa cinta yang begitu tinggi pada alam.

Contoh kepedulian terhadap vandalisme

Untungnya negeri ini masih memiliki orang-orang dengan rasa kepedulian yang tinggi terhadap alam dan melakukan aksi nyata dalam membersihkan coretan-coretan karena ulah para pelaku vandalisme. Seseorang yang di maksud bernama Luluk Kartikawati yang berasal dari Sragen, Jawa Tengah. Berdasarkan situs m.liputan6.com, gadis yang kerap di panggil Luluk melalui Clean Art Vandalisme on The Mountain (CAV OT MOUNTAIN) beraksi berawal pada tahun 2013 saat dirinya naik Gunung Lawu, Jawa Tengah.

Sebenarnya tidak hanya gunung. Sepenggal tubuh alam seperti misalnya pepohonan yang ada di taman kota terkadang juga menjadi sasaran empuk para pelaku vandalisme. Namun yang sering menjadi sasaran adalah gunung. Mengukir kenangan memang merupakan satu hal manis bagi siapapun terlebih jika itu merupakan kenangan manis. Namun, jika kenangan tersebut mengukir luka bagi alam agaknya kita perlu mempertimbangkan agar hal tersebut tidak di lakukan.

Terlepas dari semua uraian di atas, kita perlu menyadari bahwa alam juga hidup dan memiliki nyawa. Perlakuan buruk terhadap alam akan berdampak buruk kepada kita juga. Maka mari bersama-sama menjaga alam dan menyelamatkannya dari kerusakan.

***

 

 

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *