Pendidik Generasi Abad 21

Pendidik Abad 21

NewsPendidikan – Jika dilihat pembelajaran antara abad 21 dengan pembelajaran tahun 90-an sangat berbeda sekali perkembangannya. Pada masa abad 21 segala sesuatu serba digital dan mewajibkan guru pada zaman sekarang harus melek digital. Untuk menjadi guru yang hebat dan menyesuaikan perkembangan zaman harus memahami beberapa konsep di antaranya memahami konsep dan perkembangan kurikulum, mampu menyusun program pembelajaran, mampu mengaplikasikan program dan mampu melakukan asesmen dan mebuat rtl.

Jika dahulu guru menyediakan metode pembelajaran hanya berupa kertas karton yang berisikan materi pembelajaran, pada masa itu hal tersebut sudah terbilang cukup dan mampu mendorong pembelajaran lebih menarik. Akan tetapi jika hal ini kembali di coba pada abad ke 21, maka media pembelajaran seperti ini sudah jauh ketinggalan zaman. Anak-anak zaman sekarang sudah sedari kecil di kenalkan gawai (handphone) oleh orang tuanya sendiri. Besar kemungkinan mereka lebih mengerti menggunakan gawai dari pada orang tuanya.  Sebagai pendidik di masa  abad 21 harus mengetahui bahwa anak-anak  sudah melek digital dan sudah memahami media digital. Apakah anak abad 21 masih bisa menerima media pembelajaran menggunakan karton? Tentu saja jawabannya tidak. Lantas media pembelajaran apakah yang cocok untuk anak generasi abad 21?

Media pembelajaran yang tepat pada abad 21

Pendidikan abad 21 dengan memakai kurikulum 2013 tidak lagi menggunakan pembelajaran bahwa segala sesuatu berasal dari guru. Guru bukan lagi dijadikan sosok dewa yang menjadi sumber belajar murid. Pada masa sekarang guru hanya memfasilitasi dan membimbing siswa untuk mengoptimalkan belajarnya. Abad 21 menekankan pembelajaran student-centered yaitu pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk lebih mandiri mencari segala sesuatu dengan sendirinya dan tugas guru hanya membimbing juga mengarahkan.

Untuk menarik minat siswa abad 21 dalam melaksanakan pembelajaran di kelas adalah dengan menggunakan media digital. Media digital sendiri adalah suatu media yang mengkombinasikan antara teks, efek suara, video, dan musik melalui bantuan teknologi. Dengan menggunakan media digital seperti audio visual tentulah akan menarik penasaran siswa, apalagi siswa kelas rendah yang masih ingin belajar sambil bermain. Tetapi sebagai pendidik abad 21 juga harus menjadi pengarah siswa dalam belajar menggunakan media digital. Jangan sampai dengan menggunakan media digital pesan dari pembelajaran tidak mampu tersampaikan kepada siswa tersebut.

Pada dasarnya teknologi digital tidak akan pernah bisa menggantikan pendidikan akan tetapi teknologi mampu mendorong peningkatan pembelajaran dan menjadi daya tarik bagi siswa. Ada begitu banyak aplikasi yang telah dibuat untuk membantu menunjang pendidikan. Aplikasi yang dimaksud adalah Ruang Guru, Zenius, Brainly dan masih banyak lagi.

Baca Juga: Mengukir Kenangan, Mengukir Luka Bagi Alam

Guru harus mengetahui gaya belajar siswa

1. Visual

Siswa yang belajar menggunakan gaya visual lebih cenderung belajar menggunakan gambar, grafik, warna, imajinasi visual. Untuk mengembangkan pembelajaran siswa yang seperti ini guru harus mampu mengembangkan media pembelajaran berupa visual seperti menggunakan mindmaping, gambar atau video.

2. Auditory

Siswa yang menggunakan gaya belajar auditory lebih mudah sekali mendapatkan informasi dari guru karena siswa yang seperti ini belajar dengan mendengarkan berbagai sumber suara. Siswa seperti ini lebih suka mendengarkan materi dari guru ataupun audio lainnya. Sebagai seorang guru atau pendidik bisa menyiapkan berupa audio yang menarik yang berhubungan dengan pembelajaran.

3. Linguistik (Verbal)

Linguistik adalah gaya belajar siswa dengan lebih mengedepankan kata-kata. Siswa lebih suka belajar dengan cara membaca dan berbicara. Siswa yang seperti ini sangat menyukai permainan kata, puisi dan juga pantun. Sebagai seorang guru bisa menggunakan cara dengan mengajak siswa untuk membacakan materi secara lantang.

4. Pysical (Kinestetik)

Gaya belajar seperti ini lebih mengedepankan kepada praktek secara langsung. Siswa seperti ini lebih suka belajar dengan praktek langsung dilapangan. Siswa harus benar-benar mengalami suatu hal secara langsung agar nantinya ia dapat mengerti pembelajaran tersebut. Guru yang mengerti siswa seperti ini haruslah lebih banyak membuat pembelajaran dengan metode praktek langsung di lapangan. Salah satu caranya yaitu dengan membuat alat peraga yang bisa disentuh secara langsung oleh siswa.

Maka dari itu sebagai pendidik harus mengerti dan memahami siswanya baik dari segi gaya belajar siswa, pemahaman siswa dan juga terkadang guru harus mengetahui permasalahan apa yang menimpa siswa. Belajar pada zaman dahulu dengan zaman sekarang ini sangatlah berbeda, maka dari itu guru boleh menggunakan media digital untuk menarik perhatian siswa dan meningkatkan semangat belajar.

 

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *