Menjaga Mental Health Dengan Saling Mendengarkan

Mental Health Dengan Mendengarkan

Mental health masih menjadi sebuah isu yang tabu di tengah masyarakat Indonesia. Sebab masih banyak orang yang belum memiliki pemikiran terbuka mengenai hal tersebut. Sebagian besar masih beranggapan bahwa seseorang yang mental health-nya tidak baik-baik saja adalah orang-orang yang kurang beriman dan kurang mendekatkan diri pada tuhan. Padahal dalam beberapa kasus orang-orang tersebut butuh penanganan lebih lanjut oleh yang ahli di bidangnya. Ada satu upaya yang dapat di lakukan agar kewarasan dan mental health tetap terjaga di tengah-tengah kepenatan sehari-hari, yaitu menjaga mental health dengan saling mendengarkan. Sejatinya untuk menjaga mental health seseorang perlu orang lain untuk mendengarkan segala permasalahannya. Orang yang bermasalah mental healthnya sangat memerlukan semangat dari orang lain dan juga perlu ada pendengar yang baik.

TIDAK MENGHAKIMI

Banyak ditemui kasus seseorang yang merasa stress dan depresi penyebabnya adalah karena mereka merasa dihakimi. Dihakimi maksudnya di sini adalah ketika seseorang bercerita perihal keluh kesah yang dirasakannya, namun respon yang diterima adalah sebuah penyangkalan bahwa tidak seharusnya mereka mengeluhkan hal tersebut. Misalnya saat seseorang bercerita mengenai rasa penat di tempat kerja yang di sebabkan oleh atasan yang otoriter, lingkungan kerja yang toxic, dan gaji yang tidak sesuai dengan beban kerja.

Sebenarnya orang-orang yang sedang mengalami permasalahan seperti itu hanya membutuhkan validasi atas perasaan yang sedang mereka rasakan. Tetapi dorongan untuk harus selalu merasa bersyukur seolang menjadi tameng terkokoh. Sehingga rasa penat tadi lama kelamaan menumpuk dan membentuk rasa stress dalam pikiran hingga mental health terusik.

MEMBIARKAN MELUAPKAN, BUKAN MALAH MEMBANDINGKAN

Ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa sampah itu harusnya di buang dan di musnahkan, bukan hanya ditumpuk. Karena jika di biarkan baunya akan mengganggu dan membawa pemyakiut. Begitu juga dengan rasa penat. Berbagi dan bercerita dengan orang-orang terdekat merupakan salah satu cara efektif untuk membuang sampah dalam pikiran tersebut. Dengan bercerita, beban berat akan terasa lebih ringan. Cukup dengan mendengarkan, bukan malah membandingkan!

Dalam beberapa kasus, seseorang yang sedang mengeluarkan sampah dalam pikirannya tidak hanya di dengar tetapi juga mendapatkan perbandingan. Bahkan mungkin sebagian besar orang pernah mengalaminya. Ketika sedang berkeluh kesah, justru keadaan yang sedang dialaminya dibandingkan dengan keadaan seseorang yang lebih rumit. Di perlukan kesadaran penuh bawa respon seperti ini tidak membuat lawan bicara lebih baik, justru dapat menambah beban pikiran. Maka membandingkan keadaan antara satu orang dengan yang lain saat sedang mendengarkan keluh kesah sangat tidak di sarankan.

Baca Juga: Membentuk Karakter Kreatif dan Imajinatif Pada Anak Dengan Dongeng

MEMBERIKAN RASA EMPATI

melansir dari dosenpsikologi.com menurut Alfred Adler, empati adalah penerimaan terhadap perasaan orang lain dan dapat meletakkan diri kita pada tempat orang tersebut. Empati berarti to feel in, atau proses ketika kita berdiri sejenak pada ‘sepatu orang lain’ agar dapat merasakan bagaimana dalamnya perasaan orang tersebut. Hal ini berarti untuk memvalidasi perasaan seseorang, kita tidak harus merasakan langung apa yang seseorang tersebut rasakan. Cukup dengan membayangkan, kita akan mengerti bagaimana rasa sakit dan penat yang di rasakan oleh lawan bicara.

Memberikan rasa empati juga merupakan suatu upaya menjaga mental health yang sangat baik. Sebab cara ini akan membuat lawan bicara merasa di mengerti, di rangkul, dan tidak sendirian merasakan kesulitan yang di alami.

WORD AFFIRMATION

Dalam suatu keadaan tertentu, word affirmation ibarat sebuah ramuan yang dapat menyembuhkan penyakit meski suatu saat penyakit itu akan datang kembali. Word affirmation sendiri berarti kata-kata positif yang bersifat menenangkan dan membangkitkan semangat saat seseorang dalam keadaan terpuruk.

Saat mental health sedang tidak baik-baik saja, word affirmation merupakan salah satu yang di butuhkan. Karena kata-kata yang positif akan memberikan dorongan yang positif pula. Begitupula sebaliknya, kata-kata negative akan memberikan dorongan yang negatif. Contoh sederhananya adalah ketika seorang public figure banyak mendapat hate speech di media sosialnya, mental health  akan terpengaruh. Tetapi saat mendapat banyak respon positif akan berdampak ke dirinya dan lingkungan sekitar.

Pada akhirnya perlu disadari bahwa mendengarkan tidak sederhana seperti apa yang di bayangkan. Dan memahami seseorang yang mental healthnya sedang tidak baik-baik saja tidak sesulit yang terlihat. Orang-orang seperti itu hanya perlu di yakinkan bahwa semuanya akan berlalu dengan baik-baik saja dan juga di validasi perasaannya, sesederhana itu. Terkadang nasehat panjang lebar, perbandingan keadaan dengan seseorang yang keadaannya lebih sulit, dan juga paksaan untuk selalu bersyukur akan menambah beban di pikiran orang-orang tersebut.

Penulis: FebyEditor: M. Abrar PKH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *